13 November 2015

Unyil Versus Upin Dan Ipin

Anak-anak merupakan tunas bangsa yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan di masa mendatang. Untuk dapat memberikan kontribusi yang hebat maka anak-anak perlu mendapatkan edukasi yang layak dengan melalui berbagai media. Pada tahun 1980-an, sebuah serial berjudul Si Unyil ditayangkan di stasiun televisi nasional TVRI (Televisi Republik Indonesia) dengan tujuan utamanya adalah memberikan pendidikan kepada anak-anak bagaimana untuk dapat bersikap dalam kehidupan sosialnya.

Dipopedia-UnyilVersusUpinDanIpin.png

Karakter Si Unyil merupakan buah kreativitas dari Drs. Suyadi yang juga seorang pengisi suara dalam serial Si Unyil yaitu Pak Raden. Dalam setiap episode, ada saja tingkah laku Si Unyil dan kawan-kawannya yang menghibur juga mendidik anak-anak agar dapat berkarya dan mengisi kesehariannya dengan berbagai aktivitas yang produktif namun kekanak-kanakan. Serial Si Unyil bukanlah serial yang menampilkan animasi namun menyesuaikan budaya nasional yang akrab dengan wayang. Bahkan ketika penampilan Si Unyil tidak mengalami perubahan meski berpindah-pindah stasiun televisi dari TVRI ke RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) pada tahun 2002-2003 kemudian ke TPI (Televisi Pendidikan Indonesia, sekarang MNC TV) pada tahun 2003 dan terakhir berlabuh di Trans7 pada tahun 2007 hingga sekarang.

Kehadiran Si Unyil, yang asli Indonesia, mulai terusik sejak kedatangan Upin dan Ipin yang diimpor dari Malaysia. Bahkan ketika Helmy Yahya mencoba mengangkatnya ke versi layar lebar, hal tersebut mengalami kegagalan. Berbeda dengan Si Unyil, Upin dan Ipin lebih mengetengahkan tingkah pola anak-anak pada umumnya sehingga unsur pendidikan terhadap anak-anak kurang ditonjolkan. Meski pun begitu karena disajikan melalui tampilan animasi yang menarik maka Upin dan Ipin cepat mendapat respon yang positif bahkan segala macam yang berkaitan dengannya menjadi produk yang laku dipasaran seperti kaos, tas dan lain-lain.

Indonesia memang selalui menjadi pasar yang bagus untuk barang-barang impor bahkan untuk karakter yang mendidik pun harus diimpor dari luar negeri.
Tidak ada komentar: